Menggali Makna dan Filosofi dalam Budaya Merarik; Budaya Kawin Lari di Nusa Tenggara Barat

 


Indonesia terdiri dari banyak pulau-pulau. Dari Sabang sampai Merauke. Indonesia penuh dengan kebudayaan yang memanjakan mata, seperti kearifan alam nya yang tidak bisa dilewatkan, makanan daerahnya yang memenuhi cita rasa, bahkan sampai lagu dan baju daerah nya yang mencakup semua aspek dalam keindahan. Tetapi, tidak itu saja kebudayaan yang berada di Indonesia. Kebudayaan dan tradisi yang sangat banyak dan berlimpah di negeri yang mempunyai luas 1.905 juta km² ini. Di dalam hubungan masyarakat yang masih dikelilingi oleh kebiasaan-kebiasaan tradisional, diperlukan norma atau kebiasaan yang mengikat.

Ada berbagai kegunaan dari sebuah tradisi di suatu daerah, untuk menjalin kebersamaan, mendapatkan ilmu kehidupan, dan kembali nya pemikiran umum ke budaya Indonesia. Dalam hal ini kami akan memperkenalkan Tradisi Merarik dari Nusa Tenggara Barat, lebih rincinya dari Lombok, daerah yang tak kalah menarik di Indonesia dengan suku dan budaya yang keren. Simplenya Tradisi Merarik adalah kawin lari yang dilakukan oleh mempelai pria. Hal ini memiliki makna dan filosofi yang mendalam.

 

1.     Latar Belakang

Suku Sasak adalah penduduk asli yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suku Sasak merupakan salah satu suku bangsa Proto Melayu. Suku Sasak memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Sasak. Asal usul Suku Sasak dipercaya berasal dari Jawa, dilihat dari kemiripan aksaranya. Nama Sasak berasal dari kata "sak-sak" yang berarti sampan, karena nenek moyang Suku Sasak menggunakan sampan untuk memasuki Pulau Lombok.

Suku Sasak memiliki kepercayaan lama yaitu Sasak Boda sebelum agama Islam. Suku Sasak terkenal sebagai pembuat kain yang pandai menenun. Suku Sasak melestarikan tradisi Gendang Beleq, kesenian yang menggabungkan musik dan tarian. Suku Sasak memiliki rumah adat bale yang sarat akan makna filosofis. Salah satu tradisi Suku Sasak adalah kawin culik, yaitu tindakan seorang laki-laki yang membawa anak gadis untuk dinikahi.

 

2.     Makna dan Prinsip

Adapun makna dan prinsip yang tersirat dalam Tradisi Merarik yaitu sebagai berikut:

a)    Makna

                                          i.         Seorang lelaki yang membawa lari seorang gadis yang ingin dinikahi sebagai bentuk pembebasan si gadis terhadap orang tuanya.

                                         ii.         Menikahi seorang gadis untuk dijadikan istri untuk membangun rumah tangga.

                                       iii.         Kerelaan untuk hidup bersam aantara dua manusia yang berbeda jenis kelamin.

b)    Prinsip

                                          i.         Kebanggaan bagi keluarga Perempuan.

                                         ii.         Sebagai lambing keberdayaan laki-laki dan ketidakberdayaan perempuan

                                       iii.         Rasa kebersamaan dalam pihak keluarga Perempuan dan Masyarakat untuk memilih jawaban ats kawin lari

                                       iv.         Sarana memperoleh keuntungan secara ekonomi

 

3.     Cara Merarik

Sang pria dan wanita biasanya telah berjanji untuk bertemu di suatu tempat. Setelah itu, sang wanita akan dibawa oleh pihak pria di rumah keluarganya selama satu hingga tiga hari. Setelah melarikan calon mempelai wanita, tradisi akan dilanjutkan dengan proses besejati, di mana pihak dari mempelai pria mengirim utusan, yang biasanya adalah tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat dikirim untuk memberitahukan kepada kepala dusun mengenai "pelarian" yang telah dilakukan agar diteruskan kepada keluarga sang wanita.

Pemberitahuan ini bertujuan agar proses "pelarian" diterima oleh pihak keluarga wanita sehingga keduanya disetujui untuk dinikahkan. Kemudian, setelah itu akan dilanjutkan dengan proses Selabar untuk membahas tentang Pisuke, jumlah uang atau barang yang akan diberikan pihak keluarga dari pria kepada sang wanita. Biaya tersebut akan digunakan sebagai biaya syukuran. Apabila semua telah terpenuhi, maka akan segera dilakukan akad nikah.

 

4.     Tujuan Merarik

Terdapat beberapa tujuan mengapa Tradisi Merarik dilakukan, antara lain:

Ø  Untuk menunjukkan kesungguhan si laki-laki terhadap si gadis

Ø  Menunjukkan keberanian, seperti seorang ksatria

Ø  Alasan Sejarah

Ø  Alasan kompetisi

 

5.     Sejarah Singkat

Ada dua pendapat yang menjelaskan terkait sejarah Kawin Culik atau merarik di Suku Sasak. Pertama menyebutkan bahwa tradisi ini asli dari Suku Sasak, dan sudah dijalankan masyarakat sebelum wilayah Lombok dikuasai Kerajaan Bali pada abad 18. Sedangkan pendapat kedua menyebutkan bahwa tradisi ini merupakan hasil akulturasi dengan tradisi Bali.

Catatan sejarah menyebutkan bahwa wilayah Lombok pernah dikuasai Kerajaan Bali hampir 100 tahun lamanya, sehingga memungkinkan adanya akulturasi budaya. Masyarakat Sasak memiliki filosofi mendalam mengenai kawin culik ini. Poin pentingnya yang bisa diperoleh, yakni dari prosesi kawin culik akan tercipta hubungan baik antar kedua keluarga yang segera menyatu karena pernikahan.

 

6.     Simpulan

Dari tradisi merarik ini kita dapat menyimpulkan bahwa tradisi yang dimiliki oleh Suku Sasak ini awalnya ada untuk digunakan untuk turun temurun dengan maksud murni yang baik, tetapi semakin kesini masyarakat semakin menyalahgunakan tradisi tersebut. Contohnya, dengan menggunakan tradisi ini sebagai alasan untuk melakukan kawin lari, dan pernikahan di bawah umur.

Komentar